Minggu, 19 Desember 2010

Bakteri E.Coli Mampu Tampung 900TB Data

Para peneliti asal Hong Kong telah menemukan cara untuk menyimpan data di dalam DNA bakteri. Ternyata, bakteri yang digunakan sebagai sampel, bakteri E. coli mampu menyimpan hingga 900 ribu gigabyte atau 900 terabyte data.

Dalam uji coba awal, seperti dikutip dari i09, 15 Desember 2010, peneliti meng-encode sebuah pesan singkat ke dalam sebuah vektor bersama dengan dua pengulangan yang dibalik.

Kemudian, peneliti mendesain sebuah primer yang menarget pesan yang sudah di-encode baik dalam orientasi normal ataupun dalam orientasi tambahan yakni yang sudah dibalik.
Kedua set primer tersebut bisa digunakan untuk meng-generate produk PCR (Polymerase Chain Reaction). Ini mengindikasikan bahwa pesan ter-encode hadir di pesan yang sudah direkombinasi dan di dalam bentuk normal. Hasil ujicoba pengulangan juga mengonfirmasikan akurasi produk PCR yang bersangkutan.

Peluang dari penggunaan bioteknologi ini sendiri sangat luar biasa. Peneliti menemukan, satu gram sek bakteri E. coli mampu menyimpan hingga 900 ribu gigabyte atau 900 terabyte data. Artinya, bakteri mampu menyimpan hampir 500 kali lipat lebih banyak dibandingkan harddisk terbesar saat ini.

Sebagai contoh, harddisk komputer desktop berkapasitas 1,5 terabyte saat ini umumnya memiliki bobot seberat 1 kilogram. Jika harddisk itu terbuat dari bakteri, maka kapasitasnya menjadi 900 petabyte.

Lalu, apakah menggunakan bakteri E. coli untuk menyimpan data tidak berpotensi menimbulkan penyakit?

Tak perlu khawatir. Peneliti sudah menemukan rangkaian non-virulent dari bakteri tersebut. Bakteri E. coli yang digunakan sudah didesain sedemikian rupa sehingga hanya berfungsi menyimpan data di DNA dan melakukan reproduksi, dan DNA yang digunakan tidak meng-encode protein yang berpotensi berbahaya.

About Graphic Design

Desain grafis
Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam disain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. disain grafis diterapkan dalam disain komunikasi dan fine art. Seperti jenis disain lainnya, disain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan (disain).
Seni disain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak.

Daftar Software Desain Grafis
Ada beberapa software yang digunakan dalam desain grafis:
Desktop publishing
 Adobe Photoshop
 Adobe Illustrator
 Adobe Indesign
 Page Maker
 Coreldraw
 GIMP
 Inkscape
 Adobe Freehand
 Adobe image ready
 CorelDraw

THE S.I.G.I.T's. tour to Sidney

Ini adalah hari kedua kami manggung di tempat yang sama. Crowd malam ini lebih ramai dari kemarin. Masih terlihat beberapa kawan-kawan indo datang memeriahkan acara. Yang menyerukan di hari ini adalah, selain gig yang lebih packed, juga karena kami berkesempatan menyaksikan Sloan secara live di Spectrum Sydney.
Club Spectrum terletak di jalan besar yang setiap beberapa tahun sekali ditutup untuk acara festival gay. Sepanjang jalan itu memang banyak orang-orang aneh dan agak-agak gay, seperti orang berpakaian seperti The Incredibles, dan wanita tanpa busana bagian atas (wanita atau waria). Jalan itu ramai sekali dengan orang dan meriah. Menyenangkan sih berada di sana, asal nggak digangguin aja.
Anyway, penampilan Sloan sangat unik. Selain lagu-lagu mereka yang nostalgic dan melodius, aksi panggung di mana mereka bergantian bertukar instrumen adalah pertunjukkan yang menarik. Sayang crowdnya banyak yang norak. Bulak-balik keluar masuk, tapi tempatnya nggak mau diambil, sok-sok nitip-nitip tempat ama temennya. Jadi kami kurang bisa lihat dari dekat.
Selesai gig, kami pun keluar dari Spectrum dan merokok-merokok di depannya. Ternyata para anggota Sloan keluar secara bergantian dan tentu saja kami sempat menyapa dan bersalaman. Lucunya, setelah kami berpamitan dengan para anggota Sloan dan pergi ke Hungry Jack's untuk makan, mereka berada di antrian yang sama dengan kami. Jadi akhirnya kami pun mengajak mereka berfoto. Mumpung tempat terang. Hari yang indah...

About 3D

Animasi 3D (3 Dimensi)

Animasi merupakan rangkaian keadaan yang diurutkan berdasarkan waktu. Setiap satuan keadaan pada animasi disebut dengan Frame. Pada animasi 2D berbasis sprite, suatu frame animasi direpresentasikan sebagai gambar atau citra transparan (sprite). Pada animasi 3D yang berbasis frame seperti pada format MD2 dan MD3 setiap frame direpresentasikan sebagai kumpulan posisi vertex pada waktu t. Masing-masing representasi frame akan ditampilkan ke media tampilan (biasanya berupa layar monitor) pada waktu yang sesuai dengan siklus penggambaran.

Perkembangan teknologi dan komputer membuat teknik pembuatan animasi 3D semakin berkembang dan maju pesat. Animasi 3D adalah pengembangan dari animasi 2D. Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan nyata, mendekati wujud manusia aslinya. Semenjak Toy Story buatan Disney (Pixar Studio), maka berlomba-­lombalah studio film dunia memproduksi film sejenis. Bermunculanlah, Bugs Life, AntZ, Dinosaurs, Final Fantasy, Toy Story 2, Monster Inc., hingga Finding Nemo, The Incredible, Shark Tale. Cars, Valian. Kesemuanya itu biasa juga disebut dengan animasi 3D atau CGI (Computer Generated Imagery).

U.S.A vs IRAQ

Reaksi Presiden Amerika Serikat, George Walker Bush, terhadap serangan telak teroris langsung ke jantung ekonomi AS (Gedung World Trade Center) dan jantung pertahanan AS (Gedung Pentagon), menimbulkan efek domino yang mengubah peta politik dunia kontemporer. Para analis politik mengajukan sejumlah argumentasi yang mencoba menggambarkan pergeseran-pergeseran dalam dinamika hubungan internasional negara-negara di dunia. Para pemimpin dunia sibuk melakukan negosiasi-negosiasi politik tingkat dunia untuk menjaga stabilitas negaranya sambil tetap menjaga keseimbangan kepentingan-kepentingan politik luar negeri. Tidak hanya itu, para pemimpin agama dan para teolog pun merespons situasi dunia dengan mencoba membangun refleksi-refleksi teologis untuk memberi makna pada perubahan global yang terjadi, agar dengannya umat beragama di seluruh dunia tidak terpecah-belah dalam arena konfrontasi politik dunia.
Upaya mencermati situasi dan dinamika politik dunia pasca-9/11 dengan segenap dampaknya, memang membutuhkan tingkat kejelian yang tinggi. Kendati secara umum dilihat sebagai suatu peristiwa politis, namun peristiwa 9/11 sarat dengan muatan konflik ideologis, yang dalam hal ini juga menyeret masalah agama ke dalam arena politik. Itulah yang membuat kajian terhadap situasi politik dunia kontemporer pasca-9/11 menjadi suatu upaya ilmiah yang kompleks, sulit dipilah-pilah secara konseptual sehingga dilihat sebagai produk akademis yang “bebas-nilai”. Akan tetapi, sebagian besar analisis dan peneliti pada akhirnya menyadari bahwa pemilahan konseptual yang “bebas-nilai” juga tidak realistis meskipun tetap diperlukan dan dikategorisasikan secara seimbang.
Buku ini dapat dilihat sebagai salah satu upaya membedah realitas kompleks politik luar negeri AS pasca-9/11 serta dampaknya bagi hubungan internasional. Dalam kapasitasnya sebagai seorang pendeta, alih-alih memisahkan masalah 9/11 dari agama, Richard Daulay malah mencoba menelusuri sampai sejauh mana pertimbangan-pertimbangan teologis memengaruhi produk kebijakan Presiden George W. Bush. Dua ideologi utama yang dicermati dalam buku ini adalah “neokonservatisme” dan “fundamentalisme Kristen”. Kedua ideologi inilah yang menjadi pusat perhatian Daulay, dengan mencoba melihat korelasi kedua kekuatan ini dalam berbagai kebijakan luar negeri AS.
Kajian hubungan antara neokonservatisme dan fundamentalisme Kristen memang dilihat aneh. Demikian pandangan Rizal Mallarangeng dalam kata pengantar buku ini. Kaum neokonservatif awalnya dimotori oleh kaum intelektual New York, Yahudi sekuler, migran dari ajaran Stalin dan kaum kiri lainnya (misalnya: Irving Kristol). Di pihak lain, kaum fundamentalis Kristen yang pasti tidak akan nyaman secara personal berkawan dengan tokoh-tokoh intelektual sekuler seperti Irving Kristol. Namun, Mallarangeng pun menyadari bahwa dalam politik banyak hal dapat terjadi karena pertautan kepentingan. Dengan pendasaran pada pandangan Unger, Daulay rupanya juga menerima bahwa “kepentingan” di sini bukan hanya kepentingan politik tetapi juga kepentingan teologis. Menurut Unger, fundamentalisme Kristen dengan teologi premilenialismenya dan neokonservatisme dengan ideology demokrasi imperialismenya sama-sama bertemu dalam kepentingan Israel. Keduanya menghadapi common enemy, yakni Irak; dan common mission, yakni Israel (hlm. 64).
Berdasarkan hasil kajiannya, Daulay sendiri mengakui bahwa Bush sedang mempraktikkan agamanisasi politik, yakni menempatkan politik dalam domain agama. Praktik ini mengacu pada pandangan politik Bush yang dikenal sebagai “Doktrin Bush”, dalam pidato kenegaraannya di hadapan Kongres pada 20 September 2001. Ditinjau dari segi retorika dan kebijakan-kebijakannya pasca 9/11, Bush memang sangat intensif menggunakan ungkapan-ungkapan yang sarat dengan ide-ide teokrasi dan fundamentalisme Kristen di Amerika. Menurut Daulay, dalam batas tertentu, Bush sedang melakukan politik luar negeri yang dijiwai oleh prinsip-prinsip teokrasi, bahwa perang melawan terror itu adalah perintah Tuhan, dan bahwa Bush ditempatkan Tuhan di Gedung Putih untuk memimpin perang melawan terror demi menghancurkan kerajaan setan: Irak, Iran, dan Korea Utara.
Meskipun buku ini merupakan hasil kajian Hubungan Internasional dengan focus pada politik luar negeri AS pasca 9/11, tetapi Daulay melihat ada relevansi yang signifikan dengan perkembangan kehidupan agama-agama di dunia, khususnya di Indonesia. Menurut Daulay, tugas agama-agama adalah melakukan politik agama, bukan politisasi agama (hlm. 131). Politik agama adalah politik kenabian bukan politik partisan. Politik agama adalah politik moral yang tugasnya adalah menjaga moral dalam masyarakat. Politik kenabian atau gerakan moral agama adalah perjuangan untuk menegakkan keadilan dalam masyarakat. Tetapi kecenderungan yang terjadi sekarang di Indonesia adalah politisasi agama (hlm. 133). Politisasi agama sangat berpotensi menciptakan polarisasi dan perpecahan serta disintegrasi.
Buku ini patut dibaca oleh setiap orang yang gelisah dengan fenomena politik nasional dan internasional saat ini. Tidak hanya itu, buku ini juga mengajak setiap umat beragama untuk tidak bersikap apatis terhadap politik, tetapi terlibat aktif dalam kehidupan politik dengan pendasaran-pendasaran keyakinan (iman dan ideologi) yang positif dan konstruktif. Tujuan utama dari semua itu sudah jelas: terciptanya suatu tatanan masyarakat dunia yang damai dan sejahtera dalam semangat keadilan bagi setiap manusia. Pada titik “keadilan” itulah agama berkepentingan menjalankan tugas politik kenabiannya.